Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Disparpora) Subang segera mendaftarkan kesenian tradisional Sisingaan ke Departemen Kehakiman RI di Jakarta untuk dipatenkan.
” Sisingaan ini kesenian tradisional dimiliki warga Subang. Kami tidak ingin, kesenian Sisingaan dicaplok oleh kabupaten, provinsi lain terlebih oleh negara tetangga seperti Malaysia,” ujar Ading Suherman, Kadisparpora Subang, ditemui Pos Kota disela sela festival Sisingaan di Alun alun Subang, Sabtu (16/4) siang.
Menurutnya, 65 persen kesenian tradisional di Jawa Barat, berada di Subang, diantaranya kesenian sisingaan. Dengan begitu, Ading mengajak masyarakat Subang melestarikan beragam kesenian peninggalan leluhur tatar sunda, terutama Sisingaan.
” Kami tak ingin Sisingaan milik Rakyat Subang ini diklaim negara lain. Untuk itu pada 2012 mendatang,Sisingaan ini akan kita daftarkan ke Depkeh RI di Jakarta agar mendapat hak paten,” tegasnya.
Ditempat yang sama, budayawan Subang, Edih AS, setuju Sisingaan Subang cepat dipatenkan agar mendapat Hak Atas Kekayaan Intelektual (KAHI) dari Depkeh RI.
” Lahirnya seni tradisional Sisingaan pada 1850 ini sebagai simbol perlawanan Rakyat Subang yang dipekerjakan rodi oleh kolonial Belanda. Saat itu meneer Hofland bertindak semena semena dengan mempekerjakan rakyat subang secara rodi,” ungkap lelaki berusia 72 tahun itu.
Pada Sisingaan, kenang Edih, terdapat nilai nilai kebersamaan (gotong royong) yang diilustrasikan empat orang memandu Singa atau penguasa saat itu Belanda. Selain gotong royong, lanjut Edih, terdapat nilai kekokohan dan kekompakan. ” Sehingga diwujudkanlah simbolisasi tersebut dengan sisingaan,” tukasnya.
Seiring jaman, seni tradisional Sisingaan ini kemudian memasyarakat di Subang setelah melalui tiga periodesasi pembaharuan sejak 1900-1928 semula hanya seni karawitan dengan alat kesenian tradisional Angklung, Dogdog dan Bedug.
Periode 1928-1950 bentuknya sudah lain dari karawitan menjadi Silat dan periode 1950 hingga 2011 menetaplah Sisingaan. “Pelopor yang mempopulerkan sisingaan Subang ini adalah Aki Sahwa di Desa Cigadung, kemudian ke Soklat oleh Wakil Ato. Referensi itu saya dapat dari pelaku sejarah dan budayawan Subang, (Alm) Nono Haryono,” ungkapnya.
Edih mengaku bangga Subang memiliki Sisingaan. Kiprah seni tradisional Sisingaan ini telah melanglang buana hingga ke mancanegara. Terakhir sisingaan tampil di Hongkong pada 1981 yang dikirim oleh Pemerintah Indonesia mengikuti festival tingkat Internasional.
” Memperoleh HAKI hal mudah. Yang susah itu, memelihara dan melestarikan peninggalan lelehur Subang yang mewarisi Sisingaan ini. Semangat ini yang harus ditanam pada diri generasi muda Subang,” saran Edih. (dadan)
http://www.poskota.co.id/
Bertambah 1 Alasan Untuk Jadi Pengusaha
10 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar