Rabu, 02 Maret 2011

TIKAR MENDONG PRODUK DESA JATI SUBANG DIPASARKAN SAMPAI PANTURA

Subang, 2/3/2011 (Kominfo-Newsroom) Mendong adalah sejenis pandan laut atau rumput berumpun tinggi dan termasuk suku Cyperaceae atau teki-tekian yang hidup di daratan, merupakan kerabat terdekat padi-padian (poaceae). Mungkin bagi sebagian orang mendong tidak memiliki arti apa-apa.

Namun tidak demikian bagi warga masyarakat di Kampung Salagedang, Desa Jati, Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang. Mendong tersebut disulap menjadi aneka kerajinan tenun yang bernilai jual tinggi. Salah satu diantaranya, diolah menjadi kerajinan tikar.
Bahkan kerajinan tikar mendong produksi Desa Jati kini telah dikenal luas di daerah-daerah Purwakarta, Karawang, Bekasi sampai ke daerah Pantura Cirebon.
Saat ini kerajinan mendong tersebut sudah merupakan kerajinan andalan Desa Jati Kecamatan Cipunagara yang berjarak kurang lebih 25 km dari kota Subang ke arah utara. Adapun proses produksinya dilakukan melalui 2 cara, yaitu cara manual dengan menggunakan tangan dan proses produksi dengan alat tanun.
Menurut Dakim, salah seorang pengusaha kerajinan tenun tikar dari Kampung Salagedang Desa Jati, usaha kerajinan tenun di desa tersebut sudah berdiri sejak tahun 1970-an.
“Awal mula usaha ini, terjadi pada saat H. Acu, seorang pendatang dari daerah Tasikmalaya yang membawa bibit bahan tikar (mendong), kemudian ditanam di daerah Rancabogo untuk dibudidayakan,” katanya, belum lama ini.
Pengolahan mendong, tidaklah terlalu sulit. Pertama-tama mendong yang masih berwarna hijau dan mengandung banyak air dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar airnya berkurang. Jika warnanya sudah berubah kecokelatan, mendong pun siap ditenun. dan warnanya berubah kecokelatan.
Melalui modal awal sebesar Rp10 juta, kini Dakim dari hasil usaha kerajinan tikar mendong tersebut, telah mampu menghidupi 15 pegawainya dan memperoleh pendapatan kotor/bulan sebesar Rp5 juta. “Lumayan lah, untuk mengisi waktu luang sambil menunggu panen padi,” katanya menjelaskan besaran pendapatan yang diperolehnya.
Adapun mengenai pemasarannya, selain kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Subang, juga wilayah di luar Kabupaten Subang, seperti ke daerah Purwakarta, Karawang, Bekasi bahkan sampai ke daerah Pantura Cirebon.
“Mereka (konsumen-red) banyak yang datang langsung kesini untuk memesan tikar sekaligus motif dan ukuran yang dikehendakinya,” kata Dakim.
Sedangkan harga satu helai tikar buatannya dibandrol sekitar Rp6.000 sampai Rp50.000, dilihat dari ukuran dan motif yang digunakan. Semakin sederhana motif tikar maka semakin murah harganya.
Sedangkan macam dan motif tikar yang dihasilkan Dakim, yaitu Tilam Sejadah, Tikar Sebelah, Tikar Dobel, Tikar Sompet, Bulan-bulan, Pasung dan Baki-baki. (MC Subang/helmi/toeb)

http://www.bipnewsroom.info/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar